Langkah bukan Latah ( Pengembangan Desa Wisata )

Langkah bukan Latah ( Pengembangan Desa Wisata )

Ini bukan persoalan sederhana. Ternyata selama ini banyak pemerintah desa dan pelaku pariwisata yang salah kaprah dan latah dalam pengembangan desa wisata. Desa Wisata menjadi prioritas pengunaan Dana Desa. Dana Desa yang diberikan pemerintah digunakan untuk membangun destinasi wisata, membuat pusat atau tempat yang bisa menarik perhatian wisatawan. Pembangunan tersebut dilaksanakan oleh desa tanpa perencanaan yang matang dan tanpa menggali potensi-potensi yang ada di desa tersebut. Tidak sedikit pula yang kemudian masih terjebak dalam persoalan mendasar, dan keberadaan Desa Wisata belum mampu menggenjot dan menjadi mesin penggerak sosial-ekonomi bagi masyarakat. Kehadiran Desa Wisata, masih sebatas sebagai destinasi semata, dan lebih parah lagi hanya bertahan di awal-awal destinasi tersebut disiarkan ke publik.  Hal ini, tentu saja menjadi masalah serius, jika tidak diatasi tidak menutup kemungkinan akan banyak Desa Wisata yang tutup atau gulung tikar.

Ilustrasi : Desa Wisata yang mangkrak

Kenapa persoalan ‘latah’ dalam pengelolaan Desa Wisata dapat terjadi ?

Jawabannya bisa sangat beragam. Jika dulu, persoalan modal finansial menjadi salah satu penyebab, saat ini sejak adanya Dana Desa modal finansial bukan lagi menjadi persoalan. Dari berbagai pengamatan mengenai Desa Wisata karena finansial tidak menjadi persoalan, maka pembangunan Desa Wisata terkesan tidak memperhatikan  visi yang jelas dari masyarakat tentang pariwisata, rendahnya ketertarikan dan kesadaran masyarakat, rendahnya kemampuan sumber daya manusia, adanya kendala budaya, sering terjadi pemaksaan dan pembohongan terhadap wisatawan.

Apabila ditelaah bersama Desa Wisata merupakan pariwisata yang terdiri dari keseluruhan pengalaman pedesaan, atraksi alam, tradisi, unsur-unsur yang unik yang secara keseluruhan dapat menarik minat wisatawan. Dari penjelasan tentang desa wisata bisa dikatakan bahwa pariwisata pedesaan memberikan potensi yang dimiliki desa untuk dinikmati wisatawan. Sehingga pengelolaan potensi wisata pedesaan merupakan hal utama untuk menuju desa wisata.

Konsep desa wisata, wisatawan harus mau tinggal di desa. Menikmati kehidupan dan alam pedesaan. Jadi bukan datang ke objek wisata di desa, lalu setelah itu pulang. Kalau itu namanya piknik. Karena harus mau tinggal di desa, maka konsep desa wisata harus berbasis masyarakat. Yang dinikmati wisatawan adalah pola hidup, suasana, dan keindahan alam pedesaan bersama masyarakat.

Desa memiliki banyak sekali potensi wisata yang masih belum digali, dimanfaatkan atau belum diolah secara baik. Potensi wisata yang kadang masyarakat sekitarnya sendiri pun belum melihat potensi tersebut. Potensi wisata lokal yang ada di desa memang akhir-akhir ini sangat diminati oleh wisatawan yang rindu pada alam terbuka, interaksi dengan lingkungan, dan masyarakat lokal. Dalam mengembangkan desa wisata, harus memiliki ciri khas tertentu sehingga pariwisata yang dikembangkan bisa bersifat terus menerus dan tidak bisa ditiru.

Tidah hanya karena memiliki curug, danau, sungai, atau kolam pemandian kemudian sebuah desa menyatakan sebagai desa wisata, karena itu baru potensi yang harus dikembangkan dengan potensi-potensi yang lain.

Selama ini, banyak daerah mengembangkan desa wisata tapi konsep dan prinsip dasarnya salah, desa wisata bukan diciptakan oleh pemerintah desa, dengan membangun tempat-tempat wisata baru, melainkan tumbuh dan berkembang atas prakarsa dan kreativitas masyarakat desa, dengan mengembangkan potensi dan keunikan desa, pembangunan bisa dimanfaatkan jangka panjang, bersifat terus menerus, dan menjadi ciri khas yang tidak hanya mengikuti tren. 

Saat ini wisatawan beralih dari wisata konvensional beralih ke wisata yang memiliki rasa peduli terhadap lingkungan, alam, dan budaya. Wisata yang memberikan penghargaan terhadap lingkungan, alam, dan budaya tidak lepas dari dukungan lingkungan yang berada di desa, yang digerakkan untuk mendukung potensi wisata pedesaan

Ilustrasi : Desa Wisata yang berhasil

Bagaimanalangkah’ dalam pengelolaan Desa Wisata ?

Beberapa langkah dalam menggali dan menemukan potensi desa wisata adalah sebagai berikut :

Pertama, melakukan pemetaan  desa.  Pemetaan  desa  dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah yang terdapat pada desa.

Kedua dalam menggali dan menemukan potensi desa wisata adalah dengan melakukan analisis karakteristik dan ukuran keberhasilan pengembangan desa wisata berbasis masyarakat, untuk mengetahui karakteristik yang terdapat pada desa tersebut. 

Ketiga yaitu merumuskan pola pengembangan wisata berbasis masyarakat, untuk mendapatkan hasil dari analisis sebelumnya dan untuk mendiskripsikan pola pengembangan yang akan dilaksananakan. 

Keempat adalah melakukan analisis sistem dan elemen kepariwisataan. Analisis ini meliputi daya tarik wisata, akomondasi, insfrastruktur, promosi, minat wisatawan, dan masyarakat.

Setelah menentukan potensi yang dimiliki desa, selanjutnya untuk menjadi desa wisata harus memiliki produk pariwisata atau yang disebut dengan destinasi wisata. Destinasi berkaitan dengan sebuah tempat atau wilayah yang memiliki sebuah keunggulan atau ciri khas untuk menarik wisatawan. Ciri khas bisa secara geografis atau budaya, seperti pegunungan, laut, bukit, hamparan savana, budaya lokal seperti tarian lokal, perayaan adat, dan sebagainya. Untuk membuat sebuah destinasi wisata yang unggul, sebelum sebuah destinasi diperkenalkan dan dijual seperti halnya desa wisata, terlebih dahulu harus mengkaji aspek-aspek yang harus dimiliki yaitu daya tarik, aksesibilitas / keterjangkauan, fasilitas pendukukung, dan  organisasi atau kelembagaan pendukung. Destinasi wisata sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung dan menikmati sangat penting untuk diperhatikan karena nilai jual dari tempat wisata adalah destinasinya.

Mengelola potensi desa untuk dijadikan tempat wisata merupakan hal yang cukup sulit jika seluruh masyarakat tidak ikut mengambil peran dalam mengelola. Meskipun memiliki potensi yang sangat baik tetapi lingkungan masyarakat tidak mendukung, bisa jadi seluruh potensi tersebut bisa tidak memiliki hasil atau malah akan diambil oleh kelompok dari luar desa sendiri. Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan desa yang berkelanjutan.

Pengembangan desa wisata juga merupakan salah satu bentuk percepatan pembangunan pemberdayaan masyarakat desa secara terpadu untuk mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi. Karena itu, tiap daerah dan desa perlu mencermati potensi yang dimilikinya untuk diangkat dan dikembangkan agar memberikan nilai tambah manfaat serta menghasilkan produktivitas yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasilan dan mampu memberikan sumbangan yang sangat baik untuk kemandirian desa.

Recent Works

KEGIATAN PELEPASAN KONTINGEN PESTA SIAGA TINGKAT KABUPATEN TAHUN 2024

    Pada hari Rabu, tanggal 21 Februari 2024 pukul. 09.00 WIB s/d selesai, telah dilaksan

HIMBAUAN PEMASANGAN LOGO PRESIDENSI G20 INDONESIA 2022

Menindaklanjuti Surat Bupati Nomor 067/5583/2022 Tanggal 05 Oktober 2022 Tentang Himbauan Kembali Pe

Kegiatan MBS (Mass Blood Survey) di Kemawi dan Tanggeran

Pengambilan dan pemeriksaan sediaan darah secara masal atau dalam istilah asing disebut MBS, dilaksa

Komentar

Pencarian

Fasilitas pencarian data.

Terbaru

Populer

Tags

Link

Counter

Hari ini 64   Pengunjung
Minggu ini 235   Pengunjung
Bulan ini 355   Pengunjung
Tahun ini 3280   Pengunjung
TOTAL PENGUNJUNG 20527   Pengunjung
Post: Kegiatan MBS (Mass Blood Survey) di Kemawi dan Tanggeran 14482   Pembaca